Tuesday 18 August 2009

Desain Teknologi Pembelajaran

A. Pendahuluan
Teknologi Pembelajaran tumbuh dari praktik pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual. Teknologi Pembelajaran semula dilihat sebagai teknologi peralatan, yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan atau dengan kata lain mengajar dengan alat bantu audio-visual. Teknologi pembelajaran merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu media dalam pendidikan, psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem dalam pendidikan.
Lima bidang garapan dari Teknologi Pembelajaran, yaitu: Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan dan Penilaian. Kelima hal ini merupakan kawasan (domain) dari bidang Teknologi Pembelajaran. Kelima hal tersebut harus dikuasai oleh untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Mengingat luasnya tentang kajian teknologi pembelajaran maka dalam uraian ini akan dibahas tentang desain teknologi pembelajaran. Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah apa dan bagaimana mendesain teknologi pembelajaran? Kata kunci desain teknologi pembelajaran.
B. Hakikat desain pembelajaran
Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan produk. Kawasan desain bermula dari gerakan psikologi pembelajaran, terutama diilhami dari pemikiran B.F. Skinner (1954) tentang teori pembelajaran berprogram (programmed instructions). Selanjutnya, pada tahun 1969 dari pemikiran Herbert Simon yang membahas tentang preskriptif tentang desain turut memicu kajian tentang desain. Pendirian pusat-pusat desain bahan pembelajaran dan terprogram, seperti “Learning Resource and Development Center” pada tahun 1960 semakin memperkuat kajian tentang desain. Dalam kurun waktu tahun 1960-an dan 1970-an, Robert Glaser, selaku Direktur dari Learning Resource and Development Center tersebut menulis dan berbicara tentang desain pembelajaran sebagai inti dari Teknologi Pendidikan.
Aplikasi teori sistem dalam pembelajaran melengkapi dasar psikologi pembelajaran tersebut. Melalui James Finn dan Leonard Silvern, pendekatan sistem pembelajaran secara bertahap mulai berkembang menjadi suatu metodologi dan mulai memasukkan gagasan dari psikologi pembelajaran.
Perhatian terhadap desain pesan pun berkembang selama akhir 1960-an dan pada awal 1970-an. Kolaborasi Robert Gagne dengan Leslie Briggs telah menggabungkan keahlian psikologi pembelajaran dengan bakat dalam desain sistem yang membuat konsep desain pembelajaran menjadi semakin hidup.
C. Desain Teknologi Pembelajaran
Kawasan Desain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek, yaitu : (1) Desain Sistem Pembelajaran; (2) Desain Pesan; (3) Strategi Pembelajaran; (4) Karakteristik Pembelajar.
Desain Sistem Pembelajaran; yaitu prosedur yang terorganisasi, meliputi : langkah-langkah : (a) penganalisaan (proses perumusan apa yang akan dipelajari); (b) perancangan (proses penjabaran bagaimana cara mempelajarinya); (c) pengembangan (proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan pelajaran); (d) pelaksanaan/aplikasi (pemanfaatan bahan dan strategi) dan (e) penilaian (proses penentuan ketepatan pembelajaran).
Desain Sistem Pembelajaran biasanya merupakan prosedur linier dan interaktif yang menuntut kecermatan dan kemantapan. Agar dapat berfungsi sebagai alat untuk saling mengontrol, semua langkah–langkah tersebut harus tuntas. Dalam Desain Sistem Pembelajaran, proses sama pentingnya dengan produk, sebab kepercayaan atas produk berlandaskan pada proses.
Desain Pesan; yaitu perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima, dengan memperhatikan prinsip-prinsip perhatian, persepsi,dan daya tangkap. Fleming dan Levie membatasi pesan pada pola-pola isyarat, atau simbol yang dapat memodifikasi perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Desain pesan berkaitan dengan hal-hal mikro, seperti : bahan visual, urutan, halaman dan layar secara terpisah. Desain harus bersifat spesifik, baik tentang media maupun tugas belajarnya. Hal ini mengandung makna bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda, bergantung pada jenis medianya, apakah bersifat statis, dinamis atau kombinasi keduanya (misalnya, suatu potret, film, atau grafik komputer). Juga apakah tugas belajarnya tentang pembentukan konsep, pengembangan sikap, pengembangan keterampilan, strategi belajar atau hafalan.
Strategi Pembelajaran; yaitu spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan belajar dalam suatu pelajaran. Teori tentang strategi pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen belajar/mengajar. Seorang desainer menggunakan teori atau komponen strategi pembelajaran sebagai prinsip teknologi pembelajaran. Dalam mengaplikasikan suatu strategi pembelajaran bergantung pada situasi belajar, sifat materi dan jenis belajar yang dikehendaki.
Karakteristik Pembelajar, yaitu segi-segi latar belakang pengalaman pembelajar yang mempengaruhi terhadap efektivitas proses belajarnya. Karaketeristik pembelajar mencakup keadaan sosio-psiko-fisik pembelajar. Secara psikologis, yang perlu mendapat perhatian dari karakteristik pembelajar yaitu berkaitan dengan dengan kemampuannya (ability), baik yang bersifat potensial maupun kecakapan nyata dan kepribadiannya, seperti, sikap, emosi, motivasi serta aspek-aspek kepribadian lainnya.
D. Kesimpulan
Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan produk. Kawasan desain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek, yaitu : (1) desain sistem pembelajaran; (2) desain pesan; (3) strategi pembelajaran; (4) karakteristik pembelajar.
Kepustakaan
Dewi S. Prawiradilaga, dkk.(1995). Instructional Technology: Definition and Domain of Field.
»»  BACA SELENGKAPNYA...

Thursday 13 August 2009

Perencanaan Pengembangan Sekolah

A. Pendahuluan
Pendidikan sebagai suatu sistem yang perlu dimaksimalkan fungsinya. Kepala Sekolah sebagai manajer diharapkan memiliki kemampuan dalam hal: (1) mampu menyusun program jangka panjang delapan tahun, program jangka menengah, program jangka pendek; (2) mampu menyusun organisasi/personalia, susunan program sekolah, personalia pendukun, menyusun personalia untuk kegiatantemporer; (3) mampu menggerakkan staf, guru dan karyawan, memberi arahan, meng¬koordinasikan staf yang sedang melaksanakan tugas; (4) mampu mengoptimalkan sumber daya manusia sekolah, memfaatkan sumber daya manusia secara optimal, memamfaatkan sarana/prasarana secara optimal, membuat sarana/prasarana milik sekolah (Depdiknas, 2002).
Fungsi perencanaan pengembangan sekolah merupakan tugas kepala sekolah yang sangat penting dalam mengantar sekolah bermutu. Namun yang menjadi kendala adalah tidak semua pihak sekolah memahami bagaimana wujud dan tahapan perencanaan pengembangan sekolah itu.
Permasalahannya adalah, Apa sajakah yang harus dilakukan dalam merencanakan pengembangan sekolah? Kata kunci: perencanaan dan pengembangan sekolah.
B. Perencanaan Pengembangan Sekolah
Perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan cakupan pencapaiannya. Suatu perencanaan adalah suatu aktivitas integratif yang berusaha memaksimumkan efektivitas seluruh komponen suatu sistem sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Siswanto, 2006).
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), setiap sekolah harus memenuhi SNP. Oleh karena itu, aspek-aspek yang harus disusun dalam perencanaan pengembangan sekolah juga harus sesuai dengan tuntutan SNP tersebut yaitu 8 (delapan) standar nasional pendidikan: kompetensi lulusan, isi (kurikulum), proses, pendidik, dan tenaga kependidikan, pengelolaan, prasarana dan sarana, pembiayaan, dan penilaia, (Depdiknas, 2006).
Dari delapan SNP tersebut dapat dijabarkan lebih rinci dalam RPS (Rencana Pengembangan Sekolah), meliputi: (1) pemerataan kesempatan, (2) peningkatan kualitas, (3) peningkatan efisiensi, (4) peningkatan relevansi, (5) peningkatan kapasitas.
Pemerataan kesempatan meliputi persamaan kesempatan, akses, dan keadilan atau kewajaran. Contoh-contoh perencanaan pemerataan kesempatan misalnya: bea siswa untuk siswa miskin, peningkatan angka melanjutkan, pengurangan angka putus sekolah;
Peningkatan kualitas meliputi input, proses, dan output, dengan catatan hahwa output sangat ditentukan oleh proses, dan proses sangat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan input. Contoh-contoh perencanaan kualitas misalnya, pengemhangan input siswa, pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan (guru, kepala sekolah, konselor. pustakawan, laboran, dsb.), pengembangan sarana dan fasilrtas sekolah, seperti: pengembangan haboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, haboratorium IPS, Laboratorium Komputer, dan lab. lainnya pengembangan media pembelajaran, pengembangan ruang/kantor, rasio (siswa/guru, siswa/kelas, siswa/ sekolah), pengembangan bahan ajar, pengembangan model pembelajaran (pembeiajaran tuntas, pembelajaran dengan melakukan, pembelajaran kontekstual, pembelajaran kooneratif, dsb.), pengembangan lingkungan nembelajaram yang kondusif; penge-mhangan komite sekolah, dsb. Peningkatan kualitas siswa (UN, UAS, keterampilan kejuruaan, kesenian, olahraga, karya ilmiah, keagamaan. kedisiplinan, karakter, budi-pekerti);
Peningkatan efisiensi merujuk pada hasil yang maksimal dengan biaya yang wajar. Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu efisiensi internal dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal merujuk kepada hubungan antara output sekolah (pencapaian prestasi belajar) dan input (sumberdaya) yang digunakan untuk memroses/menghasilkan output sekolah. Efisiensi eksternal merujuk kepada hubungan antara biaya yang digunakan untuk menghasilkan tamatan dan keuntungan kumulatif (individual, sosial. ekonomik dan nun-ekonomik) yang didapat setelah kurun waktu yang panjang diluar sekolah. Contoh-contoh perencanaan peningkatan efisiensi misalnya: peningkatan angka kelulusan, rasio keluaran/masukan, angka kenaikan kelas/transisi, penurunan angka mengulang, angka putus sekolah, dan peningkatan angka kehadiran, serta peningkatan pembiayaan pendidikan peserta didik;
Peningkatan relevansi merujuk kepada kesesuaian hasil pendidikan dengan kebutuhan (needs), baik kebutuhan peserta didik, kebutuhan keluarga, dan kebutuhan pembangunan yang meliputi berbagai sektor dan sub-sektor. Contoh perencanaan relevansi misalnya; program keterampilan kejuru-an/kewirausahaan/usaha kecil bagi siswa-siswa yang tidak melanjutkan, kurikulum muatan lokal, pendidikan kecakapan hidup khususnya untuk mencari nafkah.
Pengembangan kapasitas sekolah adalah upaya-upaya yang dilakukan secara sistematik untuk menyiapkan kapasitas sumberdaya sekolah (sumberdaya manusia dan sumberdava selebihnya), pengembangan kelembagaan sekolah, pengembangan manajemen sekolah, dan pengembangan sistem sekolah agar mampu dan sanggup menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam kerangka untuk menghasilkan output yang diharapkan serta menghasilkan pola pengelolaan sekolah yang "good governance" dan akuntabel.
Perencanaan pengembangan sekolah tertuang dalam Restra dan Renop. Restra (Rencana Operasional) merupakan rencana jangka panjang selama empat tahun. Renop (Rencana Oprasional) merupakan rencana jangka pendek yang disusun selama satu tahun.
Renstra menggambarkan suatu perencanaan pengembangan sekolah yang menggambarkan tentang program-program sekolah yang akan dilaksanakan dan dicapai selama kurun waktu empat tahun. Program-¬program tersebut lebih bersifat garis besar, baik menyangkut fisik maupun non fisik, yang semuanya mengacu kepada SNP. Sedangkan Renop merupakan bagian tidak terpisahkan dari Renstra, dan lebih merupakan penjabaran operasional dari Renstra. Program-program dalam Renop lebih detail yang akan dilaksankan dan dicapai dalam satu tahun (Depdiknas, 2006).
Renstra dibuat pada awal tahun untuk empat tahun mendatang, sedangkan Renop dibuat pada tahun pertama dari empat tahun yang akan dilaksanakan. Baik dalam Renstra maupun Renop semua sumber dana dan alokasi biaya sudah dapat diprediksi sebelumnya. Dalam hal program, baik Renstra maupun Renop harus memperhatikan kebutuhan sekolah, masyarakat serta sesuai dengan RPPP dan RPPN.
C. Kesimpulan
Rencana Pengembangan Sekolah meliputi: (1) pemerataan kesempatan, (2) peningkatan kualitas, (3) peningkatan efisiensi, (4) peningkatan relevansi, (5) peningkatan kapasitas. Perencanaan pengembangan sekolah tertuang dalam Restra dan Renop. Restra (Rencana Operasional) merupakan rencana jangka panjang selama empat tahun. Renop (Rencana Oprasional) merupakan rencana jangka pendek yang disusun selama satu tahun.
Kepustakaan
Depdiknas.¬¬¬¬2002. Penyusunan Program Sekolah; Materi Pelatihan Terpadu Untuk Kepala Sekolah. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
Depdiknas. 2006. Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan RPS (Rencana Pengembangan Sekolah) Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP.
Siswanto, H.B. 2006. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahjosumidjo. 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah – Tinjauan Teoritik dan Permasalahan. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
»»  BACA SELENGKAPNYA...

MY FOLLOWER