Monday 13 July 2009

PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA


A. Pendahuluan

Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara–cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga yang dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut.

Mutu pembelajaran menulis bahasa Indonesia masih sering dikeluhkan oleh berbagai kalangan. Kemampuan siswa menulis karangan masih tergolong rendah bahkan Taufik Ismail menyatakan bahwa keterampilan menulis siswa Indonesia paling rendah di Asia. Rendahnya kemampuan menulis lebih banyak diakibatkan oleh rendahnya kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran akan lebih bermakna jika guru yang mengajar mampu memperlihatkan satu model yang berkaiatan dengan materi yang diajarkannya. Misalnya siswa belajar tentang menulis cerpen maka sepatutnya guru memperlihatkan kemampuannya dalam menulis cerpen. Guru dapat memperlihatkan karyanya pada siswanya. Akan tetapi, guru bahasa Indonesia tidak sepenuhnya mampu menulis cerpen sehingga guru dapat memperlihatkan cerpen yang bermutu pada siswa. Siswa diharapkan meniru gaya atau teknik pengarang dalam menulis cerpen itu. Pemodelan tidak harus karya guru tetapi karya orang lain pun dapat dijadikan satu model.

Permaslahannya adalah Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis melalui pemodelan. Kata kunci pembelajaran menulis dan pemodelan.

B. Pembelajaran Menulis melalui Pemodelan

Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik. Pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuat berhasil guna. Oleh karena itu, pembelajaran perlu dirancang, ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya (Depdiknas, 2008).
Guru adalah manajer di dalam organisasi kelas. Sebagai seorang manajer, aktivitas guru mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan menilai hasil pembelajaran yang dikelolanya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran beberapa hal yang perlu diperhatikan guru yaitu:
1. Apa yang diajarkan. Berhubungan dengan hal ini pembelajaran harus memperhatikan nilai-nilai yang ada di dalam keluarga dan masyarakat, memperhatikan kurikulum nasional, dan menyiapkan keterampilan untuk hidup dan bekerja di masa datang.

2. Sumber belajar apa yang tersedia dan dapat diharapkan. Situasi di Indonesia tidak memungkinkan untuk menyediakan sumber belajar berupa buku teks dan perangkat pembelajaran lain yang canggih. Pendidikan masih banyak didasarkan atas buku teks yang didasarkan atas kurikulum yang diproduksi secara masal.

3. Siapa yang diajar. Sasaran memiliki makna bahwa pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik siswa sasaran. Ini berarti bahwa kebutuhan pendidikan dan gaya belajar siswa harus dievaluasi dan digunakan sebagai landasan dalam penyusunan program pendidikan. Inti dari dari sasaran adalah: siswa, masyarakat atau keluarga, budaya, nilai-nilai atau motivasi.

4. Kualitas guru yang dibutuhkan. Kualitas guru yang dibutuhkan adalah yang memiliki perhatian terhadap kemanusiaan, penuh pengabdian untuk mendarmabaktikan pengetahuan dan keterampilannya, dan memiliki kesadaran yang tinggi dan memandang siswa sebagai pribadi yang sedang tumbuh menjadi dewasa yang membutuhkan bantuan.

5. Metode pembelajaran yang direkomendasikan. Siswa belajar dengan baik jika mereka belajar secara aktif, holistik, dan guru menggunakan pendekatan yang memungkinkan siswa menggunakannya dalam praktik. Siswa perlu menggunakan strategi belajar kooperatif sehingga mereka dapat meraih hasil belajar tinggi melalui saling tukar informasi dan menjelaskan konsep yang satu sama lain melalui percakapan yang substansial.

6. Bagaimana cara menilai prestasi siswa. Hasil belajar siswa diukur dengan penjajagan terhadap kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya. Penilaian harus sinambung, formatif dan kumulatif, langsung pada upaya menjamin prestasi belajar siswa dan didukung oleh contoh pekerjaan siswa.

7. Waktu. Siswa harus siap untuk belajar. Belajar membutuhkan keterampilan prasyarat, siswa memiliki pengalaman kehidupan belajar dan kematangan yang berbeda.

8. Lingkungan belajar. Lingkungan belajar harus dikenal siswa. Berbagai sumber digunakan secara langsung dari lingkungan mereka.

9. Kegunaan. Mengapa mengajar dengan cara seperti itu? pendidikan harus menghubungkan apa yang telah diketahui siswa dengan informasi baru yang terkait dengan kegunaan dalam kehidupan saat ini.

Pembelajaran di kelas menuntut guru untuk memilih metode, strategi atau teknik yang sesuai dengan bahan yang akan diajarkan. Mengajarkan keterampilan menulis dengan modeling adalah salah satu cara guru dalam memberikan pembelajaran.

Modeling adalah salah satu komponen pembelajaran kontekstual. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Modeling pada dasarnya membahasakan gagasan-gagasan yang dipikirkan, mendemostrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan.

Modeling dapat berbentuk demostrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan kata lain, model itu dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu. Guru memberikan model tentang ”bagaimana cara belajar”.

Sebagian guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas. Misalnya, cara menemukan kata kunci dalam bacaan sastra. Dalam pembelajaran tersebut guru mendemonstrasikan cara menemukan kata kunci dalam bacaan dengan menelusuri bacaan secara cepat dengan memanfaatkan gerakan mata. Kata kunci yang ditemukan guru disampaikan kepada siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran menemukan kata kunci secara cepat. Secara sederhana, kegiatan itu disebut pemodelan. Artinya ada model yang bisa ditiru dan diamati siswa, sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci. Dalam kasus ini, guru menjadi model.

Dalam pembelajaran kontestual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memeberi contoh temannya cara melafalkan sutu kata . siswa contoh tersebut dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yang harus dicapainya.

Model juga dapat didatangkan dari luar. Model tidak hanya benda hidup tetapi dapat juga benda mati. Seorang guru bahasa Indonesia menunjukkan buku karya satra yang berisi tulisan berbentuk narasi. Buku tersebut dapat dijadikan siswa sebagai model dalam menulis cerita narasi. Buku yang dijadikan model tidak boleh hanya satu tetapi harus lebih banyak agar wawasan siswa lebih luas serta siswa dapat memilih yang mana yang akan dijadikan model.

Kesimpulan

Modeling adalah salah satu kompenen pembelajaran kontekstual. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Modeling pada dasarnya membahasakan gagasan gagasan yang dipikirkan, mendemostrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan.
Mengajarkan bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis diharapkan semaksimal mungkin menggunakan media dalam pembelajaran. Metode dan teknik haruslah disesuaikan dengan materi ajar agar pembelajaran lebih menarik.
Dalam pembelajaran kegiatan menulis, hendaknya guru lebih memberi kesempatan kepada siswa untuk mencurahkan gagasannya dalam bentuk tertulis.

DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Saarti, dkk. 1999. Pembinaan Keterampilan Menulis. Jakarta: Erlanga.
Ambo Enre, Fachruddin. 1994. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang.
Keraf, Gorys. 1982. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.
Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Semi, M. Atar. 19890. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.
Supriyadi. 1992. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.
Syafruddin. 2000. ”Kemampuan Menulis Wacana Eksposisi Siswa Kelas II SMU Swasta Kabupaten Gowa”. Tesis. Makassar: PPs Universitas Negeri Makassar.
Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

0 comments:


Post a Comment

MY FOLLOWER